Rabu, 14 September 2011

Kompetensi komunikator


 THE LADIES UNBARA  TP A.4.5








Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang komunikator adalah sebagai berikut :
1.      Persiapan
Komunikasi dapat efektif (berpengaruh pada publik peneroma/komunikan), jika direncanakan dan dilaksanakan dengan baik melalui tahap-tahap sebagai berikut:
v  Mengenal publik
Mengenali publik pada hakikatnya adalah mengenali pendapat umum yang berkembang pada komunitas komunikan. Pengenalan publik bisa dilakukan berdasar kerangka pengalaman dan kerangka refrensi melalui observasi dan penelitian.
v  Menyusun pesan
Penyusunan pesan yang dikenal dengan singkatan AIDDA (Attention/perhatian, Interest/kepentingan, Desire/hasrat atau keinginan, Decision/keputusan, Action/tindakan).
v  Menetapkan metode
Selanjutnya metode yang dipilih disesuaikan dengan pengetahuan tentang publik/penerima (komunikan), yaitu; informatif, edukatif, persuasif, dan instruktif (memaksa).
v  Seleksi dan penggunaan media
Pemilikan media harus tepat sasaran sesuai dengan kondisi publik/penerima, seperti terhadap masyarakat pedesaan dapat menggunakan komunikasi tatap muka (anjangsana, dialog, dll).
2.      Pengeatahuan
Pengetahuan menentukan tingkat kesadaran atau pemahaman seseorang tentang kebutuhan apa yang harus dilakukan dalam rangka komunikasi secara tepat dan efektif, komponen pengetahuan turut menentukan kompotensi komunikasi karena hal ini berkaitan erat dengan tingkat kesadaran terhadap apa yang dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan orang lain
Tingkat pengetahuan komunikan juga hal yang sangat mempengaruhi ke-efektifan komunikasi dari faktor komunikan. Dalam hal ini pengetahuan yang harus dimiliki oleh komunikan adalah tentang sumber komunikasi, bahasa yang digunakan dalam komunikasi, tulisan, isyarat yang dipergunakan komunikator dan pengetahuan dasar yang menyangkut materi penyuluhan
Semakin tinggi pengetahuan tentang materi atau isi pesan yang ditransaksikan dalam sebuah penyuluhan akan semakin tinggi ke-efektifan sebuah komunikasi penyuluhan. Dalam mendukung komunikasi efektif sebaiknya penyuluhan dimulai dari hal-hal yang diketahui oleh komunikan.

3.       Keterampilan
Kemampuan dapat membimbing kita untuk mengahdirkan sebuah prilaku tertentu yang cukup dan mampu mendukung proses komunikasi secara tepat dan efektif. Tujuan utama dari keterampilan semata-mata untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dan kecemasan. Untuk mengurangi ketidakpastian setidaknya seseorang harus mempunyai keterampilan empati, berprilaku seluwes mungkin dan kemampuan untuk mengurangi situasi ketidakpastian itu sendiri.
4.      Response Trait  atau Derajat
Tatkala berkomunikasi dengan seseorang dari kebudayaan lain, maka komunikator harus menampilkan perangai (trait) tertentu, ingatlah bahwa perangai tidak saja dibentuk oleh faktor-faktor internal individu tetapi juga dipengaruhi faktor-faktor sosial. Itulah yang disebut Internal Response Trait yaitu derejat (tinggi atau rendah) kestabilan disposisi dan konsistensi disposisi individu untuk merespons karakteristik orang lain.

5.      Pendekatan terhadap kebudayaan tertentu.
Jika kita ingin meningkatkan komunikasi dengan orang lain dari kebudayaan lain maka yang dilakukan adalah mempelajari kebudayaan, belajar tentang nilai, norma, kepercayaan, bahasa (verbal dan non verbal) struktur pengetahuan, system social dan budaya, system ekonomi, mata pencaharian, dan adapt istiadat.

6.      Kredibilitas Tinggi
Kredibilitas menurut Aristoteles, bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos, pathos dan logos. Ethos adalah kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya. Phatos ialah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos ialah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya.
Sedangkan James Mc-Croskey menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber  dari kompetensi (competence), sikap (charracter), tujuan (intention), kepribadian (personality), dan dinamika (dynamic). Kompetensi ialah penguasaan yang dimiliki oleh seorang komunikator pada masalah yang dibahasnya. Seorang dokter misalnya lebih berkompeten bicara tentang kesehatannya daripada seorang Insinyur Teknik Sipil, begitu juga sebaliknya. Sikap ialah menunjukkan pribadi komunikator, apakah ia tegar atau toleran dalam sebuah prinsip. Tujuan menunjukkan apakah hal-hal yang disampaikan seorang komunikator punya maksud baik atau tidak. Kepribadian menunjukkan apakah pembicara memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat. Sedangkan dinamika adalah menunjukkan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya justru membosankan komunikan.
Menurut bentuknya kredibilitas dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu :
a.       Initial Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum proses komunikasi berlangsung, misalnya pembicara yang sudah punya nama bisa mendatangkan banyak pendengar, atau tokoh terkenal macam GusDur tulisannya pasti akan dimuat di surat kabar, meski editornya belum membacanya.
b.      Derived Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh seseorang pada saat komunikasi berlangsung. Misalnya seorang SBY memperoleh tepukan dari masyarakat, karena pidatonya yang disampaikan bersifat menyenangkan hati para pendengarnya (masyarakat).
c.       Terminal Credibility, yakni kredibilitas yang diperoleh seorang komunikator setelah pendengar atau pembaca mengikuti ulasanya. Seorang komunikator yang ingin memperoleh kredibilitas perlu memiliki pengetahuan yang dalam, pengalaman yang luas serta adanya kekuasaan yang dipatuhi dalam status sosial yang dihargai.
Jadi pada dasarnya kredibilitas seorang komunikator bisa berubah jika terjadi perubahan khalayak, topik dan waktu. Artinya kredibilitas seorang pembicara pada suatu tempat belum tentu bisa  sama di tempat lain, kalau khalayaknya berubah. Demikian pula halnya dengan perubahan topik dan waktu, dalam hal ini komunikator bisa saja menguasai topik tertentu, tapi belum tentu dengan topik lain.
komunikator yang mempunyai kredibilitas tinggi dalam menyampaikan materi sering ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain:
  1. Latar belakang pendidikan, pengetahuan dan pengalaman.
  2. Karakter yang dipunyai.
  3. Cinta dan bangga akan pekerjaan melakukan komunikasi yang diikuti ketekunan dalam melakukan pekerjaannya.
  4. Kepribadian yang ia miliki
  5. Tujuan melakukan komunikasi.
  6. Cara penyampaian. Penyampaian informasi dengan peraga, atau menggunakan gerak tangan atau alat lain sehingga mampu memikat pendengarnya.
Seorang komunikator agar memiliki kredibilitas saat menyampaikan informasi harus memiliki latar belakang pendidikan dalam bidang yang ia sampaikan, harus memiliki karakter yang rela berkorban, cinta dan bangga akan bidang yang ia tekuni, memiliki kepribadian yang empatis, memiliki tujuan dan memiliki cara penyampaian yang menarik.
Sikap mental akan mempengaruhi komunikan dalam berkomunikasi. Sikap mental berhubungan dengan rasa percaya diri. Dalam membentuk sikap mental yang baik dalam berkomunikasi, seorang  komunikator harus percaya diri. Selain percaya diri, komunikator juga harus menguasai pesan yang akan disampaikan, sehingga komunikator benar-benar siap dalam melakukan penyuluhan. Sikap mental yang baik dapat  dibentuk dari latihan berbicara di depan umum dengan latihan di depan cermin.
7.      Memiliki karakteristik
Adapun Karakteristik komunikator untuk melaksanakan komunikasi efektif adalah sebagai berikut:
Ø  Kepercayaan kepada Komunikator (source Credibility).
Kepercayaan kepada Komunikator ditentukan oleh keahliannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Atau kepercayaan masyarakat dapat tercipta manakala si komunikator dinilai punya pengetahuan, keahlian, atau pengalaman yang relevan dengan topic pesan yang disampaikan itu bersifat objektif.
Ø  Daya Tarik Komunnikator (Source Attractiveness)
Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melelui mekanisme daya tarik, jika komunikan merasa bahwa komunikator ikut seta dengan mereka dalam hubungannya dengan opini secara memuaskan
Ø   Kekuatan/Kekuasaan sumber (Source Power).
Kekuatan atau kekuasaan sumber terhadap pihak penerima, secara umum dapat terjadi melalui empat cara, yaitu:
·         Kharisma, yaitu factor bawaan yang melekat pada diri seseorang.
·         Wibawa otoritas, yaitu yang berkaitan dengan kedudukan atau otoritas formal.
·         Kompetensi/keahlian, yaitu sesuatu yang dapat diperoleh seseorang melalui proses belajar.
·         Compliance/pemenuhan, yaitu sumber dinilai punya kekuatan atau kekuasaan apabila ia mampu memberikan imbalan dan hukuman kepada penerimanya.

8.      Terampil dalam mengolah pesan
Ada beberapa cara yang diusahakan oleh komunikator dalam keterampilannya mengolah pesan, antara lain :
a.      Gambaran yang jelas
Sang komunikator hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang ia sampaikan kepada penerima. Jika tidak, maka pembicara hanya akan terkesan bertele-tele sehingga para penerima tidak mengerti apa yang dimaksud oleh komunikator.
b.      Pesan yang bertahap
Hendaknya komunikator menyampaikan pesannya secara bertahap, dalam artian mengemukakan idenya satu persatu agar si penerima pesan bisa memahami apa yang disampaikan oleh komunikator. Jika komunikator menyampaikan banyak hal sekaligus maka penerima pesan akan lupa dengan sebagian pesan yang disampaikan, atau pesan yang disampaikan akan menjadi kacau.
c.       Prinsip pengulangan
Agar para penerima pesan dapat mengintegrasikan antara pesan yang satu dengan yang lain maka komunikator harus mengulangi pokok pembicaraan. Hal ini diupayakan untuk menghindari kebosanan komunikator bisa mengusahakannya dengan variasi kalimat yang berbeda namun memiliki maksud yang sama.
d.      Mengkaitkan hal yang baru dengan hal yang lama
Komunikator dalam mengemukakan suatu ide baru hendaknya mengkaitkan dengan hal- hal yang sudah diketahui oleh penerima dengan menunjukkan persamaan- persamaan atau perbedaan yang ada.


e.       Penekanan pada ide
Hal- hal yang menjadi tujuan dari komunikasi dan pokok- pokoknya yang utama hendaknya terfokus secara jelas dan jangan sampai tenggelam. Pemberian tekanan dapat dilakukan dengan memperketat suara dan nada yang berbeda dengan berhenti sebentar, dan gerakkan tangan atau badan.
f.        Humor
Penggunaan humor dalam seminar juga merupakan bagian penting. Sabagian menganjurkan humor digunakan di awal pembukaan. Karena hal ini dapat membuat para pendengar merasa santai atau rileks dan komunikator pun lebih dapat diterima. Hal yang sama juga perlu dilakukan pada akhir acara, sehingga para pendengar bisa pulang dengan suasana gembira dan tersenyum. Namun hal ini ternyata harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Perlu diingat juga bahwa penggunaan humor ini adalah semata- mata untuk membangun keakraban dan kenyamanan antara komunikator dengan pendengar. Bukan humor yang berlebihan seperti lawakan.


Sumber :
Suryana Agus. 2004. Kiat dan Teknik Evaluasi Pelatihan. Ed. Ke-1. Progress. Jakarta.  Hal. 8.
Djamra S. B. 2004. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Keluarga. Ed. Ke-1. PT Rineka Cipta. Jakarta. Hal. 14.
Cangra Hafied. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Ed. Ke-1. PT Raja Grafindo. Jakarta.                     Hal. 89, 95-100, dan 126.
Ø Anoraga Panji. 2003. Psikologi Kepemimpinan. Ed. Ke- 4. PT Rineka Cipta. Jakarta.                            Hal. 64-70.
Mulyara E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Ed. Ke-1. Rosa. Bandung. Hal. 37-38.





0 komentar:

Posting Komentar